Dear Ramadhan..
Masih ingat jelas 24 tahun yang lalu aku bersamamu masih dengan kakek dan nenek, Di sebuah desa yang tak seramai sekarang, menikmati syahdunya menanti azan berkumandang sambil mengendap-endap mendekati dapur dimana nenek sedang memasak kolak favoritku hingga kini..
24tahun yg lalu juga aku masih lucu-lucunya diam-diam berbuka di saat beduk azan baru di pukul, lalu setelah azan ditanya apakah sudah berbuka? Dengan polosnya aku jawab belum. 😂 padahal sesendok bubur telah aman di dalam lambung dengan nikmat tiada dua.
Saat berpisah denganmu aku sedih pura-pura nangis sampai akhirnya diam dgn gaun kembang sbgai hadiah puasa dari nenek dan kakek.
Sekarang bukan 24tahun lagi, bahkan sudah hampir 26tahun.
Alhamdulillah aku selalu bertemu denganmu meski suasana tak akan pernah sama lagi..
Sekarang nenek dan kakek, sudah tak lagi berpuasa bareng, mereka telah mendahului kita berjumpa Sang Pemilik Kita bahkan semesta ialah Alllah S. W. T.
Dear Ramadhan Terima kasih untuk selalu datang mempertemukan setiap rasa yg dirindukan, tidak ada gantinya selain bertemu denganmu, menjadi lebih baik dan bergelimang pahala di setiap ibadah di bulanmu..
Marhaban ya Ramadhan
Senang bisa kembali merasakan hadirmu..
Merasakan suka cita beribadah, mulai dari Isya berjamaah di Masjid , tarawih, witir dan tadarus bersama. Ramadhan saatnya memperbaiki diri lebih maksimal, ibadah lebih fokus..
Bengkulu, 5 Mei 2019
#Day(1)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#3OHariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
Post Comment
Post a Comment